Sabtu, Januari 23, 2010

LITTLE BUT HUGELY

Oleh: Ngudi Tjahjono

“Sedikit tetapi sangat besar” (little but hugely) adalah ungkapan yang sederhana tetapi tampak aneh dan mustahil. Namun, sebenarnya tidaklah demikian, ungkapan di atas sangat mungkin terjadi.

Contoh paling baru adalah pada kasus pengumpulan koin sebagai bentuk simpati kepada bu Prita yang sedang berjuang berhadapan di pengadilan melawan rumah sakit Omni International. Dari koin-koin yang dikumpulkan oleh masyarakat Jakarta, dalam waktu singkat terkumpul sekitar Rp 500.000.000,oo. Luar biasa!!! Tidak mustahil, bukan? Dengan uang sebanyak itu sebenarnya dapat dipakai untuk menutup tanggungan denda yang harus dipikul oleh bu Prita yang harus dibayarkan ke rumah sakit Omni International.

Nah, dengan cara demikian, sebenarnya kita bisa berbuat banyak bagi orang-orang yang patut dibantu. Kita bisa menghitung, berapa pengeluaran yang kita alokasikan tiap bulan untuk sosial (berupa infaq atau shadaqah)? Jika dihitung secara persentase, berapa persen dari total pendapatan kita per bulan? Apakah lebih besar dari 2,5% atau kurang dari itu? Dua setengah persen adalah batas minimal yang wajib kita keluarkan untuk infaq/shadaqah.

Dengan nilai infaq yang kecil itu sebenarnya kita bisa berbuat sangat besar nilainya jika dilakukan bersama-sama setiap bulan. Berarti dalam setahun kita bisa berbuat mulia sebanyak minimal dua belas kali.

Prioritas pertama dapat kita alokasikan kepada orang-orang terdekat yang pernah mengukir sesuatu yang sangat penting bagi keberadaan kita saat ini. Dia adalah guru kita, yang telah memberikan bekal ilmu hingga kita menjadi pandai seperti sekarang ini. Banyak di antara mereka yang hingga usia senjanya tidak mempunyai rumah dan hidup dalam kesederhanaan, bahkan sangat sederhana. Cobalah, kita yang pernah menjadi murid-murid beliau berkumpul untuk membicarakan pemberian hadiah rumah bagi beliau, tentu akan menjadi ringan jika ditanggung bersama.

Andaikan hadiah rumah yang ingin kita berikan adalah senilai seratus juta rupiah. Banyaknya alumni yang pernah menjadi murid beliau, yang kini tersebar di seluruh penjuru tanah air, misalkan seribu orang. Jika infaq dibebankan rata pada setiap orang murid (tidak ada mantan murid), maka setiap orang menanggung infaq sebesar seratus ribu rupiah. Ringan, bukan? Apa lagi jika bisa diangsur sepuluh bulan, maka akan menjadi sepuluh ribu rupiah per bulan. Sungguh fantastis!!! Kita bisa membahagiakan beliau dengan cara yang sangat ringan. Hanya saja, yang menjadi masalah adalah bagaimana mengumpulkan seribu orang alumni itu? Tetapi semuanya akan menjadi mudah, jika kita mempunyai niat dan tekad yang kuat.


Selamat berkarya yang terbaik!



About "Quality First"

“Quality First” is a term that is not excessive. Because, if we get something, of course we want the best quality. Indirectly we want others provide the best quality for us. So, why do we tend not to give the best quality for the others?

"Quality First" adalah suatu istilah yang tidak berlebihan. Sebab, jika kita mendapatkan sesuatu, tentu kita menginginkan kualitas yang terbaik. Secara tidak langsung kita menuntut pihak lain memberikan kualitas yang terbaik untuk kita. Maka, mengapa kita cenderung tidak memberikan kualitas yang terbaik untuk pihak lain?